Memasuki tahun yang baru di tahun 2017, umumnya diantara kita ada
yang membuat target-target pencapaian yang direncanakan untuk dicapai di Tahun
2017. Hal ini lumrah terjadi karena dalam dunia kerja kita menginginkan adanya
kemajuan juga. Selain target-target ada pula impian, harapan yang ingin
dicapai. Misalnya ada yang ingin umroh, naik haji, mendapatkan pekerjaan,
mendapatkan jodoh, bisa beli rumah dan lain sebagainya. Ikhtiar-ikhtiar pun
diupayakan dan tidak lupa pula menjadikan Allah bersama kita dalam impian kita.
Sebagai hamba Allah SWT kita mengakui atas lemahnya diri ini. Allah
SWT yang Maha kuasa, Maha berkehendak, Maha pemberi rezeki dan Maha
segala-galanya. Akan sangat rugi jika kita berikhtiar tanpa disertai doa.
Mengejar dunia tanpa melibatkan Allah padahal Allah Sang pemilik dunia. Diriwayatkan
dari Ibnu Jarir, ketika seorang Arab Badui datang kepada
Nabi SAW yang bertanya: "Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat
munajat/memohon dengan lirih kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus
menyeru-Nya?" Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini sebagai jawaban
terhadap pertanyaan itu.
Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka bahwasanya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Q.S. Al Baqarah, 2:186)
Dalam sighat
resmi bahasa Arab ketika ada kalimat wa idzaa sa alaka ‘ibadi (dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku) maka menurut bahasa jawabannya
adalah faqul (maka katakanlah wahai Muhammad). Namun, Allah tidak
menggunakan sighat ini dalam firman-Nya seraya ingin menunjukkan bahwa Allah
begitu dekat dengan hamba-Nya. Seakan-akan Rasulullah SAW sebagai perantara
diminta untuk minggir terlebih dahulu, Allah hendak berbicara dengan hamba-Nya
yang bertanya. Fa inni qorib, bahwasannya Aku (Allah) adalah dekat.
Dekat yang tanpa perantara, dekat yang tanpa sekat.
Jika kita telah memahami betapa dekatnya Allah kepada kita, maka
kelanjutannya ialah memenuhi segala perintah Allah dan beriman kepada Allah
agar kita senantiasa dalam kebenaran. Allah maha mengabulkan doa kita. Semakin
banyak berdoa maka Allah semakin cinta kepada hamba-Nya.
Dan Tuhanmu
berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (Q.S. Al Mu’min,40:60)
Telah menjadi janji Allah untuk mengabulkan segala doa dari
hamba-hamba-Nya. Maka janganlah kita terburu-buru mengatakan “doaku tidak
dikabulkan”. Allah pasti mengijabah setiap doa dalam pengertian Allah yang
paling mengetahui yang terbaik bagi hamba-Nya. Adakalanya doa kita dikabulkan
sesuai dengan harapan kita. Ada kalanya pengabulan doa kita di tunda hingga
waktu yang tepat. Adakalanya pengabulan doa kita diganti dengan yang takdir
yang lebih baik. Ada kalanya permintaan kita disempurnakan rahmatnya untuk kita
di akhirat nanti.
Maka berkhusnuzhon (berprasangka baik) kepada Allah harus kita
tanamkan dalam hati kita. Apapun ketentuan Allah SWT dari doa-doa kita yang
kita panjatkan adalah bernilai kebaikan. Sahabat Umar bin Khatab Ra berkata
“Aku tidak khawatir seperti apa dan bagaimana doaku dikabulkan, yang aku
khawatir ialah jika Allah mencabut taufik-Nya hingga aku tidak berdoa lagi.”
Maka jangan terburu-buru dalam berdoa. Yang dimaksudkan terburu-buru
dalam berdoa adalah meninggalkan adab-adab dalam berdoa. Diantara adab-adab
berdoa ialah mengawalinya dengan ta’awudz (memohon perlindungan-Nya),
lalu dilanjutkan dengan basmallah (menyebut nama-Nya), lalu dengan hamdallah
(memuji-Nya), kemudian bershalawat kepada Rasululah SAW baru memanjatkan doa
kepada-Nya. Memposisikan duduk menghadap kiblat juga memahami waktu-waktu
diijabahnya doa juga sangat penting karena itupun bagian dari adab berdoa.
Sebagai manusia yang tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa,
alangkah indahnya jika permintaan yang diminta pertama kali adalah permohonan
ampun atas segala dosa baik sengaja maupun tidak disengaja. Meyakini bahwa
Allah mengabulkan segala doa dan meminta dengan sungguh-sungguh apa yang kita
harapkan seraya memahami diri bahwa tiada daya dan upaya selain dari-Nya.
Dan janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan
berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik. (Q.S. Al ‘Araaf, 7:56)
Banyak meminta kepada manusia membuat kita menjadi hina, namun
banyak meminta kepada Allah membuat kita makin dicintai-Nya. Dengan sebuah
kesadaran bahwa dekatnya seorang hamba kepada Sang pencipta bergantung pada
seberapa taat seorang hamba kepada Allah. Bagaimana ia menyambut seruan Allah.
Sebagaimana kalimat yang selalu kita ucapkan dalam setiap sholat kita.
Hanya kepadaMu
kami menyembah, dan
hanya KepadaMu kami meminta pertolongan. (Q.S. Al fatihah, 1:5)
Sehingga inilah yang menjadi perhatian kita bahwa peningkatan
ibadah kita, amalan kita tujuannya adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Dekat dalam pemahaman bahwa kita hanyalah manusia biasa yang bergantung pada
kemahakuasaan Allah SWT. Maka, jangan terburu-buru dalam berdoa sehingga meninggalkan
adab-adabnya. Jangan sampai kita mengatakan “doaku tidak dikabulkan”. Karena
sesungguhnya doa adalah sarana kita berdekatan kepada Allah SWT dan berdekatan
dengan Allah jauh lebih indah dari segala pemberian-Nya. Selamat berdoa. Semoga
doa dan harapan kita di tahun ini dikabulkan Allah SWT. Wallahu ‘alam bish
shawwab.