Rabu, 30 Desember 2015

Bukan Cinta Yang Tak Sampai, Aku Hanya Belum Menemukan Belahan Jiwaku

Sering di bully di kelas. Ya sejak aku menginjakkan kaki di Yogyakarta dan kuliah di prodi PGMI S2 Konsentrasi PAI. Kami sekelas ada 16 orang. Namun satu kawan kami harus pulang kampung untuk menikah. Ternyata setelah menikah ia lulus CPNS dan hamil. Maka iapun tidak melanjutkan kuliah. Sampai saya menuliskan ini kami ber-15 orang sekelas dengan jumlah laki-laki hanya tiga orang.

Hampir semua teman-teman sudah punya pujaan hati kecuali saya yang diam-diam hanya menjadi pemuja rahasia. Ia yang diam-diam kusukai pun sudah punya pujaan hati. Ia pun mengenalkan aku dengan seorang mahasiswa S1. Saya mengikuti sarannya. Saya pun berkenalan dengan mahasiswa S1 itu. Ia baik, perhatian namun pada satu titik ia bosan. Saya mengutarakan bahwa saya menginginkan istri yang bisa diajak tinggal bersama saya di Jayapura. Namun rupanya ibunya yang menolak. Entah mengapa ia bosan.

Ada beberapa kata yang saya sangat sensitif mendengarnya. Saya benci dengan anda, saya kecewa dengan anda, saya bosan dengan anda. Jika ada yang mengatakan hal ini, saya akan menghilang dari hadapannya dan jangan harap saya akan muncul lagi di depan anda. Saya lebih mentoleran kalimat, kamu kok gitu, jangan gitu, coba kamu gini, seharusnya begini kerena jika ada kata benci, kecewa, bosan maka itu saya anggap statement terakhir anda.

Saya selama di Jogja belum pernah mengatakan saya suka kamu, saya cinta kamu, saya ingin melamarmu, semua itu masih tersimpan rapi dalam hati. Walaupun kadang perilakuku tidak. Saya berharap bisa mengajaknya ke Jayapura. Saya Cuma ingin memberitahu bahwa Jayapura pun lebih gemerlap daripada Jogja. SDMnya yang perlu dibangun. Bahkan saya bingung. Jika saya ditolak karena Jayapura itu jauh. Lalu bagaimana caranya dakwah ini bisa sampai merata, atau pendidikan ini bisa sama majunya namun tidak ada yang mau ke Indonesia Timur. Mau bilang gerakan Indonesia mengajar atau gerakan apapun kalau Cuma temporer apa manfaatnya.

Katanya ingin madrasah tidak dipandang sebelah mata tapi ketika ada peluang untuk berjuang. Mungkin bukannya tidak ingin berjuang namun tidak ingin berjuang bersama saya. Saya lebih senang jika ada yang terus terang bilang maaf saya tidak mencintai kamu ketimbang maaf saya gak bisa diajak ke Papua. Terlalu naif. Saya terlahir di Jayapura. Saya terbiasa dengan sifat orang timur yang tidak basa-basi.

Saya tidak tahu. Sampai kapan dibully sama teman-teman yang dah nikah duluan. Bersabar menerima banyak penolakan. Ah…… Saya hanya berharap ada hikmah nantinya. Bukan saya yang gagal. Saya hanya belum menemukan orang yang sesuai. Saya hanya belum menemukan pasangan yang tepat. Apalagi untuk orang yang semesterius saya.

Pernah nonton Take me Out? Orang yang mematikan lampunya tidak bisa menyalakan lampunya lagi.

Awalnya saya berharap dia mau bertanya-tanya tentang saya, tentang papua, tentang perkembangan pendidikan Islam disana. Apakah saya akan sering pulang ke Jawa atau tidak. Padahal saya juga punya rumah di Jogja. Bagi saya mudah untuk bisa bolak-balik Jayapura-Jawa. Allah pasti ngasih jalan. Tapi terlalu cepat keputusan yang diambil. “Aku gak bisa dibawa ke Jayapura” Padahal aku belum ngomong. Gak papalah.

Terimakasih untuk yang sudah menolak, Saya tidak akan mencintai kalian lagi sampai kapanpun.
Saya hanya menganggap kalian teman sekedarnya.

Membentuk Keluarga Romantis ?

Bagi kita yang hoby atau sejak kecil kita diajarkan tentang kisah cinta jaman kerajaan dahulu. Kisah tentang putri raja yang dipersuting oleh pangeran gagah mungkin mempengaruhi kepala kita. Namun semua cerita itu memiliki akhir yang sama. Keduanya menikah dan hidup bahagia selamanya. Semua orang ingin bahagia. Siapa yang tidak ingin memiliki pasangan atau kekasih yang amat sangat dicintainya? Siapa yang tidak menghendaki hidup bahagia selamanya?

Nyatanya. Kita bukan anak raja, bukan pengeran, bukan putri kerajaan. Kisah-kisah romantis mempengaruhi diri kita bahwa kita menginginkan kisah cinta kita bagaikan kisah film-film kolosal atau mungkin serial Korea. Nyatanya hampir semua orang menginginkan hidup bersama dengan orang yang dicintainya. Bahkan ada yang setia sampai mati.

Nyatanya. Kita orang biasa yang tidak hanya berpikir tentang cinta. Kita juga berpikir tentang kehidupan. Kita berpikir tentang kebutuhan primer baik sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Kita berpikir tentang biaya listrik, air dan lain-lain. Ini tentang kehidupan. Kita pun juga bekerja. Maka jika kita membayangkan menikah itu membuat hidup kita seperti pangeran dan putri yang hidup bahagia selamanya maka kita salah.

Saya belum menikah. Ada beberapa alasan. Secara ekonomi saya bukan anak orang kaya dan saya memulai kehidupan nyata selepas SMA. Mengumpulkan biaya kuliah sendiri. Berorientasi studi. Namun saya tidak berbakat dagang. Ayah saya selalu menasehati saya bahwa menikah itu berat. Saya memahaminya ini pasti tentang ekonomi. Bro. ini tentang mindset. Ini rahasia lelaki. Lelaki kaya namun punya istri yang banyak tuntutan tentunya akan berpikir tidak cukup. Apalagi jika lelakinya tidak kaya. Anehnya bapak saya bilang ingin punya menantu seorang guru atau dosen, tapi jangan guru ngaji atau guru TK.

Masalahnya apa yang dicari? Kemakmuran atau keberkahan. Saya jadi teringat kata-kata Ust. Salim A Fillah. “Jawab dulu buat apa antum punya istri sebelum antum berpikir untuk punya istri”. Apa yang dicari dari menikah? Apakah hubungan yang halal sehingga mau ngapa-ngapain sudah sah, dapat pahala. Atauakah menikah itu sesederhana saya cinta sama kamu, kamu cinta sama aku, terus ayo menikah.

Atau mungkin ada yang berpikir ingin merasakan tahajud berdua dengan istri, lalu istri mencium tangan suami setiap hari atau hal-hal lain yang telah dicontohkan Rasulullah SAW pada istrinya. Iya benar. Siapapun menginginkan hal ini. Romantis dalam berkeluarga memberi kekuatan tersendiri. Tapi itu bukan tujuan. Itu harus menjadi sesuatu yang perlu dilakukan untuk menunjang tugas-tugas keluarga yang berat.

Jika ada yang berpikir mengapa saya belum menikah karena saya gak laku, mungkin juga. Tapi jujur, sebagai laki-laki yang dahulu pernah pengalaman sebagai lelaki brengsek dan tahu bagaimana cara merayu wanita, jika urusan untuk mencari wanita yang hanya bisa diajak romantis-romantisan itu mudah. Namun tidak untuk berkeluarga. Yang dibutuhkan dalam keluarga adalah kesamaan visi. Apakah keluarga menjadi kendaraan menuju syurga atau jalan menuju neraka. Maka berkeluarga, menikah itu bukan tujuan.

Saya tahu memikul amanah sebagai kepala keluarga bukanlah hal mudah. Itulah sebabnya kepala keluarga butuh istri sebagai motivator. Bukan hanya sebagai motivator dunia namun juga motivator akhirat.

Robbana Hablana Min Azwajina Wa Zurriyatina Qurrota a’yunin waj’alna lil muttaqina imama

Jumat, 25 Desember 2015

Mencintai berbatas waktu

Apakah mencintai berarti harus selalu bersama?
Entahlah….
Aku teringat tentang Pak Edwin yang ditugaskan di Palembang, Bu Edwin di Nabire dan anak-anaknya ada yang di Bogor, Jayapura. Ada juga Pak Andik yang di Jayapura sedangkan istrinya di Kebumen. Kadang hatiku mengatakan andai aku di Jayapura dan kamu di Kediri apakah itu sulit. Tapi apa yang membuat pasangan yang lain bisa ikhlas berpisah jauh. Kesamaan visi. Ust. Cahyadi bilang jangan menikah ketika dalam kondisi mencintai karena logika sedang tidak bekerja. Menikah bukan tentang cinta tapi kehidupan yang panjang. Visi….
Ust. Salim A Fillah juga pernah bilang untuk apa lebih penting daripada punya apa.

Namun pertanyaannya mengapa aku mencintaimu? Aku tidak menemukan jawabannya.
Aku tahu, untuk menikah dan untuk bersama adalah hal yang sangat sulit. Mengajakmu ke Jayapura adalah hal yang mustahil. Mungkin kamu bilang dirimu banyak kekurangan, kekurangan fisik, Ingin dicintai dengan tulus. Menginginkan orang yang tak malu berjalan denganmu. Aku tahu aku pun demikian.

Kita sadar ada hal-hal yang membuat kita tak mungkin bisa bersama. Bagiku ini adalah sepotong episode yang bahagia bagiku setelah lebih dari setahun aku mengenalmu.
Setelah kita UAS di semester 3 kita akan berpisah dengan kehidupan masing-masing. Asyik dengan tesisnya masing-masing. Entah kapan aku bisa melihatmu lagi. Ngajak ketemuan. Itu bukan aku. Aku sudah cukup bahagia bertemu denganmu di kelas.

Aku menargetkan untuk wisuda bulan Mei. Aku tahu kita tidak mungkin bersama. Semoga suatu saat kau menemukan pangeran yang akan menjadikanmu bidadari dilangit hatinya. Melahirkan putra dan putri yang sholih dan sholihah.
Orang yang akan menjadi suamimu adalah orang yang mendapatkan perhiasan terindah di dunia. Sebagaimana orang tuamu telah mencantumkan doa dalam namamu.

Terima kasih bersedia mendengar ceritaku, aib masa laluku, sempat nyaris mencintaiku. Bagiku itu setitik semangat bahwa aku masih pantas untuk dicintai.
5 Bulan lagi aku di kota ini. Izinkan aku mencintaimu berbatas waktu.
Aku masih ingin mencintaimu 5 bulan lagi. Selepas itu, ketika aku terbang ke Jayapura cinta itu akan tertiup angin, hilang lepas hingga ku injakkan kaki di bumi cenderawasih semua itu tinggal menjadi kenangan.

Sahabatku Kaim Djali bilang :
Jika kamu sedang memperbaiki diri maka jodohmu pun juga sedang melakukan hal yang sama
Terima kasih untuk semuanya.

Kamis, 24 Desember 2015

Afwan ane lagi futur

Saya ini sedang futur
Terbukti dengan ogah-ogahan datang ke pengajian tiap pekanan
Dengan alasan klasik, kuliahlah, lelahlah, kerjalah, sibuklah, inilah, itulah

Saya ini sedang futur
Jarang baca buku tentang Islam, lagi demen baca koran
Dulu tilawah tidak pernah ketinggalan, sekarang satu lembar udeh lumayan
Tilawah sudah tidak berkesan, nonton film ketagihan

Saya ini sedang futur
Mulai malas shalat malam, jarang bertafakur
Ba’da shubuh, kanan kiri salam, lantas kembali mendengkur
Apalagi waktu libur, bisa sampai menjelang dzuhur

Saya ini sedang futur
Lihat perut semakin buncit karena junkfood dan pangsit
Kalo infaq mulai sedikit dan mulai pelit
Apalagi shaum sunnah, perut rasanya ogah

Saya ini sedang futur
Tak lagi pandai bersyukur
Senang disanjung dikritik murung

Saya ini sedang futur
Malas ngurusin dakwah, rajin bikin ortu marah-marah
Sedikit sekali muhasabah, seringkali meng-ghibah
Ya....saya memang sedang fitur


Mengapa saya futur.....?
Mengapa tidak ada satupun ikhwah yang menegur dan menghibur?
Kenapa batas-batas mulai mengendur?
Kepura-puraan, basa-basi dan kekakuan subur?
Kenapa diantara kita sudah tidak jujur?
Kenapa ukhuwah diantara kita sudah mulai luntur?
Kenapa diantara kita hanya pandai bertutur?
Ya Allah...berikan hamba-Mu ini pelipur
Agar saya tidak semakin futur
Apalagi sampai tersungkur

Ente tau ane lagi futur
Sedikit dzikir, banyakan tidur, belajar ngawur, IP pun hancur
Sohib-sohib kagak ada yang negur

Ente tau ane lagi futur
Hati beku, otak ngelantur mikirin orang sedulur
Diri sendiri kagak pernah ngukur

Ente taulah ane sekarang
Seneng duduk di kursi goyang, perut kenyang hati melayang
Mulut sibuk ngomongin orang, aib sendiri kagak kebayang

Ente tau ane bengal
Bangun malam sering ditinggal
Otak bebal banyak mengkhayal
Udeh lupa yang namanya ajal

Ente tau ane begini
Udah sok tau, seneng dipuji
Ngomong sok suci kayak murobbbi
Kagak ngaca diri sendiri

Ente tau ane gegabah
Petantang-petenteng merasa gagah,
ngaku-ngaku ikhwah kalo mo muhasabah
diri ini gak ada beda dengan sampah

ente tau ane sekarang
udah kalah di medan perang
ane pengen pulang kandang
ke tempat ane dulu datang
....
....


Buat semua saudaraku...
Kunjungilah saudaramu, tengokah dia barang sebentar. Mungkin keimanannya sedang berada di ujung tanduk. Raihlah dia, rengkuhlah dia, ajaklah dia bersama melihat terbitnya fajar kebangkitan Islam. Ajaklah dia bersama menuju cintaNya, menuju surgaNya, menuju ampunanNya...

(Saya memulung sajak ini entah dari mana asalnya..., saya lupa..)

Selasa, 22 Desember 2015

Cinta itu

Entahlah...
Sejak menginjakkan kaki di Jogja aku pertama kali melihat sosok wanita itu. Kuamati cara berjalannya berbeda. Ia memang sedikit berbeda. Ya terlahir berbeda. Mungkin kita mengatakannya kekurangan namun itu menjadi kelebihannya. Ya. Semangatnya melampaui saya. Sedikit stalker aku mengenalnya setahun lebih. Tak banyak aku tahu tentang dirinya.

Aku tak paham atas segala kemungkinan. Lidahku mungkin bisa diam, tetapi perilakuku tidak bisa menyembunyikan perhatian itu. Ucapan... Mungkin ada yang bertanya apa artinya sebuah ucapan. Jika sebuah ucapan tidak terlalu berarti tidak lalu mengapa Tuhan menghukumi berbohong adalah dosa. karena ucapan adalah hal yang paling krusial. Maaf ucapan itu yang aku tak bisa.

Hatiku mengatakan jangan pernah mengatakan aku mencintaimu sebelum akad itu terucap. Entah denganmu atau dengan yang lain. Wallahu alam.

Rabu, 16 Desember 2015

AKU HANYA INGIN TAHU



Saya mungkin lebih terbuka dikerenakan kepribadian saya yang sangat sanguinis, supel walaupun terkadang misterius dan membingungkan. Maaf jika ada yang merasa mendapat kode-kode. Maaf, itu bukan kode, bukan pula perhatian, bukan pula cinta. Karena bagiku cinta adalah sebuah keputusan. Aku bukan ABG lagi yang mengumbar cinta, berlindung dibalik fitrahnya hati, mencari pembenaran diri ternyata semua hanyalah nafsu. Maaf. Maaf sekali. Sulit bagiku untuk mencintai orang yang tidak saya kenal pribadinya, bagaimana sikapnya pada saudara dan orang tuanya, seberapa besar ia menghormati ayahnya. Mungkin ada yang bilang saya stalker, sok pengen tahu, tapi memang saya hanya ingin tahu.
Maaf, jika ada yang terganggu lalu dengan pedenya menolak dengan berbagai alasan, kadang saya bingung, saya aja belum ngomong kok sudah ditolak. Saya memang tidak paham tentang wanita. Sekali saya pernah mengalami ada yang bertanya terus terang kepada saya, menanyakan saya serius atau tidak, maaf, maaf sekali. Saya sudah mencari tahu dari berbagai sumber namun rasanya ada ketidak cocokan. Saya rasa itu lebih mudah saya terima, jika ada yang nolak kita gak cocok ketimbang alasan Papua itu jauh. Saya hanya berpikir, semua mudah bagi Allah, toh keluarga saya juga ada di Semarang, Jogja, Bogor, Tanggerang, Bandung, Cianjur, dan Kebumen. Saya teringat kata-kata Mario Teguh : “Bukan cinta namanya kalau yang berjuang Cuma satu orang”. Saya juga masih memegang teguh kata-kata : “Cinta itu tidak semudah menanam singkong, asal cabut dan bisa ditanam lagi. Aku tidak pernah kembali pada orang yang menolak.”
Misalnya, dahulu ada yang menolak karena saya nampak tidak dewasa, ketika saya sudah lebih dewasa jangan harap saya akan mau jika ditawarkan lagi dengan orang yang sama. Jika alasannya saya tidak berdomisili di pulau jawa, jika suatu saat saya punya usaha di jawa dan mudah bagi saya untuk bolak-balik Jayapura-Jawa, jangan harap cinta itu masih ada. Saya suka mengatakan kelemahan saya di hadapan teman-teman untuk mencari siapa yang malu, atau merasa tidak nyaman dan juga mencari yang tidak malu dan menerima saya apa adanya. Aku juga sadar diri, tidak selamanya aku apa adanya kan. Aku Cuma butuh seseorang yang mendukung agar aku menjadi ada bukan sekedar mengejar menjadi orang yang berada.
Aku hanya ingin tahu siapa kamu? Apakah kamu yang aku cari?

Senin, 07 Desember 2015

ﺫﻫﺐ ﻟﻴﺨﻄﺐ ﻓﺘﺎﻩ




ﻫﺐ ﻟﻴﺨﻄﺐ ﻓﺘﺎ
وأثناء ﻟﺮﻳﺔ ﻟﺸﺮﻋﻴﻪ
ﺴﺄﻟﺘﻪ ﻛﻢ ﺗﺤﻔﻆ ﻣﻦ ﻟﻘﺮﺍﻥ الكريم
ﻗﺎ ﻟﻬﺎ: لا أحفظ الشيء الكثير ولكن لي رغبة ان اكون عبدا صالحا
ﻓﻘﺎ ﻟﻬﺎ: ﻭﺍنتِ ؟!
ﻗﺎﻟﺖ: أﺣﻓﻈ ﺟﺰ ﻋﻢ،
ﻭﺍﻓﻘﺖ الزواج به ﻟﻤﺎ أﺣﺴﺖ ﻧﻪ ﻓﻌﻼ ﺻﺎﺩﻕ .
ﺑﻌﺪ ﻟﺰﻭﺍﺝ ﻃﻠﺒﺖ ﻣﻨﻪ ن ﻳُﺤﻔِِﻈﻬﺎ القرآن الكريم
فقال : لآبأس نتعاون على الحفظ معاً
ﺑﺪ معا ﺑﺴﻮﺭﺓ ﻣﺮﻳﻢ
ﺗﻮﻟﺖ ﻟﺴﻮ ﺣﺘﻰ ﺧﺘﻤﺖ ﻟﻘﺮﺍﻥ ﻋﻠﻰ ناظريه
ﺣﺼﻠﺖ ﻋﻠﻰ ﻻﺟﺎﺯﺓ في الحفظ ﺣﺼﻞ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻫﻮ كذلك..
وعرضت عليه: ﻣﻤﻜﻦ ﻧﺒﺪ ﺑﺤﻔﻆ ﺣﺎﻳﺚ ﻟﺒﺨﺎﺭﻱ
وفي احدى الزيارات الى بيت والدها اخبر ﻟﺰﻭﺝ ﻭﺍﻟﺪ ﻟﻔﺘﺎ ﻗﺎئلا: ﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺑﻨﺘﻚ ﺣﻔﻈﺖ ﻟﻘﺮﺍﻥ الكريم.
ـ ﺗﻌﺠﺐ الرجل ﻣﻦ ﻛﻼﻣ زوج بنته
ﻭﺩﺧﻞ ﻏﺮﻓﺔ ﺑﻨﺘﻪ ﻭﺍﺣﻀﺮ ﺍﻭﺭﺍﻕ كثيرة و وضعها امامه.
ويا لمفاجأة الزوج وذهوله.. زوجته ﻛﺎﻧﺖ ﻣﺠﺘﺎﺯﻩ ﻟﻘﺮﺍﻥ الكريم ﻭﺍﻟﻜﺘﺐ ﻟﺴﺘﻪ من قبل ان تتزوج به.
ﺳﺒﺤﺎ ﻟﻠﻪ ﻟﻢ ﺗﺤﺮﺟﻪ بدايةً ﻟﻘﻠﺔ ﻋﻠﻤﻪ وعملت على ان يحفظ مثلما تحفظ لما حست ﻧﻪ ﻧﺴﺎ ﺻﺎﻟﺢ (ولم تكذب حين قالت انها تحفظ جز عم حيث لم تنفي حفظ ما سواه)
اللهم ان لم اكن صالحا فارزقني زوجة صالحة تعينني و تقربني إليك و اجعلني صالحا