Senin, 15 Februari 2016

UNTUKMU WAHAI CALON ISTRIKU

Aku terlahir dari keluarga sederhana. Sangat sederhana. Keluarga yang bervisi sederhana, anak yang sholeh. Ya aku adalah visi dari keluarga ini. Impian dari bapak dan mamaku. Mamaku yang selalu mendokan semua harapannya yang semuanya untukku. Agar aku jadi anak yang sholeh, anak yang pintar, anak yang pemberani, anak yang berpendidikan. Mulailah aku mengenyam pendidikan Agama dari TPA. TPA yang berdiri dengan menumpang rumah warga yang dimulai sejak tahun 1995 berbuah sebuah masjid di tahun 2001. Ya tahun dimana mamaku meninggal di masjid itu juga.

Mamaku mengajarkanku untuk hidup hemat, terkadang pelit. Ternyata aku baru tahu jika selama ini mamaku yang membiayai adik bungsunya kuliah di Jogja. Setelah mamaku meninggal, bapakku menikah lagi di tahun 2004. Iya semua kondisinya berubah. Mendadak saya punya adik.

Di tahun 2006 setelah saya lulus SMA saya pun meninggalkan rumah dan mencoba hidup mandiri. Alasannya, saya tidak diizinkan kuliah. Saya bersikeras ingin kuliah, dan saya pun diusir dari rumah. Sampai sekarang saya tidak pernah menginap di rumah itu lagi. Karena bapakku tak pernah memintaku untuk tinggal di rumah. Tahun 2007 rumah itu dijual. Bapakku, ibu tiriku dan adik tiriku mengontrak rumah.

Sebagian hasil penjualannya dibelikan motor, Motor itu yang aku jaga dan aku pakai agar tidak lenyap begitu saja. Saya pakai kuliah, ngojek, ngajar privat dan juga pernah dipakai untuk pacaran.

Saya bekerja menjadi cleaning service selama kuliah dengan gaji 300.000. Di tahun 2010 saya menjadi guru honorer dengan gaji 600.000 sebulan. Hingga akhirnya saya tinggalkan semuanya dan mengabdi di SDIT dengan gaji 1.100.000. Pendapatan yang fluktuatif.

Karena pernah berbeda pendapat dengan yayasan, saya pun mengundurkan diri dari SDIT dan bekerja sebagai tukang ojek. Hingga saya menjadi staf di STAIN. Saya pun ditugaskan untuk kuliah di Jogja mengambil S2.

Hidup saya berliku-liku dan pendapatan saya fluktuatif. Saya hanya punya keyakinan jika saya menjalani dengan ikhlas karena Allah, Allah pasti ngasih rejeki.
Saya tahu, masih banyak hal yang saya ingin ceritakan namun rasanya blog ini tak cukup.
Saya ingin membangun keluarga apalagi umur saya menjelang 27 tahun. Jika menunggu saya kaya, entah kapan saya akan menikah. Saya tahu di awal-awal pernikahan hidup kita akan sedikit sulit. Namun jika ini karena niat ibadah, Allah gak akan menyia-nyiakan hambanya.

Saya percaya, hidup saya selama ini hanya bergantung pada pertolongan Allah. Maukah engkau menikah denganku? Maukah kau berjuang bersamaku?Maukah kau membentuk keluarga yang diberkahi Allah bersamaku?
Aku mungkin tidak bisa menjanjikan kebahagiaan, tapi Allah akan memberi kebahagiaan itu.