Sabtu, 23 Agustus 2014

Kita Semua adalah Da'i

Istilah da’i ataupun dakwah telah menjadi familiar di telinga kita. Secara sadar ataupun tidak kita telah menyempitkan makna dakwah dan da’i itu sendiri. Banyak diantara kita menganggap bahwa dakwah adalah aktifitas dimana seorang ustadz sedang memberikan ceramah kepada para jamaahnya yang jumlahnya sangat banyak atau aktifitas pengajian-pengajian di masjid ataupun kegiatan sejenisnya. Maka, yang dianggap da’i adalah ustadz, syaikh, mubaligh, kyai, dan ulama-ulama yang tinggi ilmunya atau lulusan pondok pesantren. Pengertian ini tidak salah bahkan benar adanya, hanya saja kita menyempitkan makna da’i itu sendiri dan merasa bahwa tanggung jawab dakwah hanya terletak pada mereka. Sedangkan kita umat islam yang tidak bergelut dalam dunia pesantren seakan terbebas dari amanah dakwah itu sendiri.
Makna dakwah yang lebih luas adalah mengajak manusia kepada Allah dengan hikamah dan nasihat yang baik, sehingga mereka meninggalkan thagut ( yang disembah selain Allah) dan beriman kepada Allah agar mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam. Dan setiap orang yang melakukan aktifitas ini adalah da’i. Sekecil apapun yang kita lakukan dalam mengajak orang lain dalam kebaikan adalah dakwah. Banyak hal yang bisa kita lakukan dan sudah seharusnya kita pahami bahwa setiap kita adalah da’i. Walaupun kita memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu tetapi dalam konsep keteladanan kita telah menjadi sarana dakwah itu sendiri. Maksudnya andaikan kita adalah pegawai di kantor, lalu kita menunjukkan perilaku disiplin di kantor lalu diikuti oleh orang lain maka kita telah menjadi da’i dengan keteladanan. Dan tidak hanya disitu, proses dakwah harus terus berlangsung hingga orang yang kita dakwahi mau mendekatkan diri kepada Allah swt dengan menjalankan ibadah wajib dan sunnah, menjauhi perbuatan makruh dan subhat, dan meninggalkan yang haram.
Sesungguhnya kewajiban berdakwah telah ada dalam Al Qur’an sebagaimana Allah berfirman :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS An Nahl ayat 125)

“Demi Masa. Sungguh,manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dan saling menasehati untuk kesabaran” (QS. Al Ashr ayat 1-3)
Dengan demikian kita memahami bahwa tidak ada alasan bagi kita untuk tidak tidak berdakwah. Allah telah memberikan segala potensi dalam diri kita dan potensi itu harus dipergunakan dalam jalan dakwah. Rasulullah SAW bersabda:
Tidak sempurna iman seseorang sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri (H.R. Bukhori & Muslim)

Apakah kita hanya sibuk dengan kesalehan pribadi kita seraya berharap mendapat syurganya Allah swt sedangkan membiarkan saudara-saudara muslim kita tersesat dalam kemaksiatan. Marilah kita instropeksi diri. Sebenarnya siapa yang salah hingga saudara-saudara muslim kita sampai berzina, mencuri, mengedarkan barang terlarang, berjudi, bahkan sampai murtad? Pernahkah kita melakukan sesuatu untuk mengembalikan mereka ke jalan yang benar? Pernahkah ada sebersit perasaan peduli pada mereka? Kita patut bersyukur telah memperoleh hidayah untuk beriman dan beribadah kepada Allah. Dan sudah saatnya rasa syukur kita diaplikasikan dengan mengajak saudara-saudara kita untuk kembali pada jalan Allah. Kalaupun sulit setidaknya kita sesama muslim saling menasehati dalam kebaikan.
Setelah kita memahami bahwa kita semua adalah da’I maka kita tentu harus menunjukkan akhlak yang baik dan senantiasa terus menggali ilmu agama dean mengamalkannya. Agar setiap ibadah yang kita lakukan adalah karena kepahaman bukan taklid. Begitu pula saat kita sebagai da’i menyampaikan dakwah tentu harus dengan keteladanan. Jangan sampai kita menyampaikan apa yang tidak kita lakukan. Allah swt berfirman :
Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjaka. (QS. Ash Shaff ayat 2-3)

Terkadang setelah membaca ayat ini nyali kita menjadi ciut dan beranggapan lebih baik nanti kalau saya sudah baik amalannya baru saya berdakwah. Tidak seperti itu. Ayat ini seharusnya menjadi motivasi bagi kita untuk senantiasa memperbaiki diri. Keluarkan seluruh kemampuan kita untuk berdakwah. Kita bisa berdakwah dengan memberikan nasihat kepada teman dekat kita, diskusi, berceramah, bahkan dengan karya tulispun bisa menjadi sarana dakwah. Kini sudah banyak beredar buku-buku islami, baik buku non fiksi maupun fiksi seperti cerpen dan novel.
Da’i bukanlah orang suci yang tidak memiliki kesalahan. Da’I juga manusia yang sering melakukan kesalahan. Namun orang yang benar bukanlah orang yang tidak pernah berbuat salah. Tetapi orang yang benar adalah mereka yang menyadari kesalahannya dan memperbaiki kesalahannya. Karena kita

10 Sahabat Nabi SAW yang dijamin Masuk Surga

Berikut ini 10 orang sahabat Rasul yang dijamin masuk surga (Asratul Kiraam).

1. Abu Bakar Siddiq ra.
Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran (Surah At-Taubah ayat ke-40) sebagaimana berikut :
“Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadiets.

2. Umar Bin Khatab ra.
Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.

3. Usman Bin Affan ra.
Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.

4. Ali Bin Abi Thalib ra.
Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64
tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang.

5. Thalhah Bin Abdullah ra.
Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah Bin Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.

6. Zubair Bin Awaam
Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.

7. Sa’ad bin Abi Waqqas
Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.

8. Sa’id Bin Zaid
Sudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi’.

9. Abdurrahman Bin Auf
Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’.

10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah
Masuk Islam bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. Meninggal pada tahun 18 H di urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin.

http://www.dakwatuna.com

CALON ORANG BESAR MEMULAI PERUBAHAN by :KH Abdullah Gymnastiar

Kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan potensi kita untuk memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan kesalahan,keburukan,mau pun kelalaian. Namun, ternyata sikap kita yang kita anggap kebaikan itu tidak efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah.

Banyak orang yang menginginkan orang lain berubah,tapi ternyata yang diinginkannya itu tak kunjung terwujud. Kita sering melihat orang yang menginginkan Indonesia berubah. Tapi, pada saat yang bersamaan, ternyata keluarganya 'babak belur', di kantor sendiri tak disukai, di lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Itu namanya terlampau muluk.

Jangankan mengubah Indonesia, mengubah anaknya saja tidak mampu. Banyak yangmenginginkan situasi negara berubah, tapi kenapa merubah sikap istri saja tidak sanggup. Jawabnya adalah: kita tidak pernah punya waktu yang memadahi untuk bersungguh-sungguh mengubah diri sendiri. Tentu saja, jawaban ini tidak mutlak benar. Tapi jawaban ini perlu diingat baik-baik.

Siapa pun yang bercita-cita besar, rahasianya adalah perubahan diri sendiri.Ingin mengubah Indonesia, caranya ubah saja diri sendiri. Betapapun kuatnya keinginan kita untuk mengubah orang lain, tapi kalau tidak dimulai dari diri sendiri, semua itu menjadi hampa. Setiap keinginan mengubah hanya akan menjadi bahan tertawaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri. Orang di sekitar kita akan menyaksikan kesesuaian ucapan dengan tindakan kita.

Boleh jadi orang yang banyak memikirkan diri sendiri itu dinilai egois.Pandangan itu ada benarnya jika kita memikirkan diri sendiri lalu hasilnyajuga hanya untuk diri sendiri. Tapi yang dimaksud di sini adalah memi kirkan diri sendiri, justru sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh untuk memperbaiki yang lebih luas.

Perumpamaan yang lebih jelas untuk pandangan ini adalah seperti kita membangun pondasi untuk membuat rumah. Apalah artinya kita memikirkan dinding, memikir kan genteng, memikirkan tiang sehebat apa pun, kalau pondasinya tidak pernah kita bangun. Jadi yang merupa kan titik kelemahan manusia adalah lemahnya kesunggu han untuk mengubah dirinya, yang diawali dengan kebe ranian melihat kekurangan diri.

Pemimpin mana pun bakal jatuh terhina manakala tidak punya keberanian mengubah dirinya. Orang sukses mana pun bakal rubuh kalau dia tidak punya keberanian untuk

mengubah dirinya. Kata kuncinya adalah keberanian. Berani mengejek itu gampang, berani menghujat itu gampang, tapi, tidak sembarang orang yang berani meli hat kekurangan diri sendiri. Ini hanya milik orang- orang yang sukses sejati.

Orang yang berani membuka kekurangan orang lain, itu biasa. Orang yang berani membincangkan orang lain, itu tidak istimewa. Sebab itu bisa dilakukan orang yang tidak punya apa-apa sekali pun. Tapi, kalau ada orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri, bertanya tentang kekurangan itu secara sistematis, lalu dia buat sistem untuk melihat kekurangan dirinya,inilah calon orang besar.

Mengubah diri dengan sadar, itu juga mengubah orang lain. Walaupun dia tidak mengucap sepatah kata pun untuk perubahan itu, perbuatannya sudah menjadi ucapan yang sangat berarti bagi orang lain. Percayalah, kegigi han kita memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat dan merasakannya.

Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri tidak akan spontan dirasakan. Tapi percayalah, itu akan membekas dalam benak orang. Makin lama, bekas itu akan membuat orang simpati dan terdorong untuk juga melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini akan terus berimbas, dan akhirnya seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar.

Jadi kalau ada orang yang bertanya tentang sulitnya mengubah anak, sulitnya mengubah istri, jawabannya dalam diri orang itu sendiri. Jangan dulu menyalahkan orang lain, ketika mereka tidak mau berubah. Kalau kita sebagai ustadz, kyai, jangan banyak menyalahkan santrinya. Tanya dulu diri sendiri.Kalau kita sebagai pemimpin, jangan banyak menyalahkan karyawan, lihat dulu diri sendiri seperti apa.

Kalau kita sebagai pemimpin negara, jangan banyak menyalahkan rakyatnya.Lebih baik para penyelenggara negara gigih memperbaiki diri sehingga bisa menjadi teladan. Insya Allah, walaupun tanpa banyak berkata, dia akan membuat perubahan cepat terasa, jika berani memperbaiki diri. Itu lebih baik dibanding banyak berkata, tapi tanpa keberanian menjadi suri teladan.

Jangan terlalu banyak bicara. Lebih baik bersungguh-sungguh memperbaiki diri sendiri. Jadikan perkataan makin halus, sikap makin mulia, etos kerja makinsung guh-sungguh, ibadah kian tangguh. Ini akan disaksikan orang.

Membicarakan dalil itu suatu kebaikan. Tapipembicaraan itu akan menjadi bumerang ketika perilaku kita tidak sesuai dengan dalil yang dibicarakan.Jauh lebih utama orang yang tidak berbicara dalil, tapi berbuat sesuai dalil. Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah menjadi bukti dalil tersebut.

Mudah-mudahan, kita bisa menjadi orang yang sadar bahwa kesuksesan diawalidari keberanian melihat kekurangan diri sendiri. Amien

Andai aku jalan kaki, masihkah engkau slalu ada untukku. ataukah engkau pergi dariku? Catatan hati tentang aku, engkau dan dia

Tuluskah mereka melakukan semua itu untukku, demi diriku saja, semurni-murninya tanpa embel-embel apapun?
Sungguh, aku telah melihat betapa kawan-kawan lama yang dulu jaya dan mapan, begitu dielu-elukan sebagai sang hebat, juara, orang super, seketika terasing dalam kesepian (estranged) saat semua gula yang ada padanya hilang. (EM)

Saat hidup hanya memberi dua pilihan

Yah, faktanya kita lebih takut memilih sesuatu bukan karena kita nggak yakin pada sesuatu itu, tapi lantaran kita takut pada ketakutan-ketakutan yang kita ciptakan sendiri pada sosok sesuatu itu, ketimbang menempuh ketakutan yang sebenarnya tak semengerikan yang kita andaikan. (EM)

cinta dalam hati

Dia sungguh adalah manusia sempurna, yang kini terpuruk dengan sangat, laksana tak ada lagi guna kehidupan ini, dunia ini, beserta segala isinya. inkah rasanya cinta tak harus memiliki?
Aku nggak bisa melupakanmu, tapi aku harus tetap menjalani hidupku. Kamu pun begitu, jalanilah hidupmu. biarkan semua ini hidup dalam hatiku hatimu
Cinta terasa gamblang saat diungkapkan, dikatakan, dibahasakan. Tapi, jauh di kedalaman jiwaku jiwamu, jiwa setiap anak manusia, cinta begitu misterus, sarat chemistry, tanpa ujung, kecuali maut yang memutuskannya!
Setiap cinta akan punya ruangnya sendiri, rumahnya sendiri, di kedalaman hati setiap manusia. sebab, setiap cinta memang tak sama, tak pernah sama

(Dalam Buku Andai Aku Jalan Kaki Masihkah Kau Slalu Ada Untukku : Edi Mulyono)

Muwasafat Tarbiyah

1. Salimul Aqidah Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS 6:162). Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid. 2. Shahihul Ibadah Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ‘shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan. 3. Matinul Khuluq Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman yang artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung’ (QS 68:4). 4. Qowiyyul Jismi Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: ‘Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah’ (HR. Muslim). 5. Mutsaqqoful Fikri Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219). Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatka pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah:samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9). 6. Mujahadatun Linafsihi Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setkal diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beragmana seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim). 7. Harishun ‘ala Waqtihi Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: ‘Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.’ Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin. 8. Munazhzhamun fi Syu’unihi Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu udusán dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.

Kamis, 21 Agustus 2014

Persiapan Menyambut Ramadhan

“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban ini, dan sampaikanlah umur kami bertemu Ramadhan.” Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu. Tinggal dalam hitungan hari, bulan yang sangat dinanti akan tiba yaitu bulan Ramadhan. Sayangnya mayoritas kita lebih mempersiapkan diri dengan menyambut Idul Fitri daripada menyambut bulan Ramadhan. Atau mungkin diantara kita malah merasa datagnya bulan Ramadhan akan mendatangkan bayak beban. Semoga kita terlindung dari sifat tersebut. Untuk itu di bulan Rajab dan Sya’ban ini kita harus mempersiapkan diri kita agar bulan istimewa ini tidak berlalu begitu saja. Kita berharap amalan ibadah kita di bulan Ramadhan tahun ini harus lebih baik daripada tahun yang lalu. Jika puasa kita di Ramadhan yang lalu belum terlalu baik dan terkadang masih ada rasa marah atau pandangan yang tak terjaga maka kita bertekad di Ramadhan tahun ini ibadah puasa kita menjadi lebih baik. Karena bisa saja ini menjadi Ramadhan yang terakhir buat kita. Adapun yang perlu kita persiapkan untuk menyambut bulan Ramadhan adalah sebagai berikut : Persiapan Nafsiyah (kejiwaan), adalah persiapan–persiapan yang dilakukan untuk menyiapkan jiwa dan moral kita, sehingga secara kejiwaan kita sudah siap menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan hati gembira, dan menyadari sepenuhnya bahwa Ramadhan adalah bulan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Kesiapan jiwa yang sempurna, hingga tercipata sebuah persepsi di dalam diri kita, bahwa Ramadhan bukanlah bulan penuh beban, melainkan bulan untuk berlomba-lomba meningkatkan kualitas ubudiyah dan meraih derajat tertinggi di sisi Allah SWT. Cara melatih diri kita agar siap menyambut bulan Ramadhan adalah dengan memperbayak amalan sunnah. Baik sholat-sholat sunnah, puasa sunnah, memperbanyak istighfar atau segera meminta maaf atas segala dosa yang pernah kita lakukan kepada orang lain. Banyak Berpuasa di Bulan Sya’ban terdapat suatu amalan yang dapat dilakukan di bulan ini yaitu amalan puasa. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri banyak berpuasa ketika bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya selain puasa wajib di bulan Ramadhan Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka Beliau pun tidak berpuasa sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” ( HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156). Dalam lafazh Muslim, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan, “ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya . Namun beliau berpuasa hanya sedikit hari saja. ” (HR . Muslim no . 1156) . Dari Ummu Salamah, beliau mengatakan, “ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setahun tidak berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Sya’ ban, lalu dilanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan .” ( HR. Abu Daud dan An Nasa ’i . Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih) Hal lain yang bisa kita lakukan adalah memperbanyak bacaan AL Qur’an kita, selain itu alangkah baiknya jika kita juga belajar memperbaiki bacaan Al Qur’an kita. Lakukan secara perlahan namun terus meningkat sehingga ketika bulan Ramadhan tiba kita bisa mengkhatamkan bacaan Al Qur’an kita tidak hanya sekali. Selain bacaan Al Qur’an lebih baik lagi jika kita menambah hafalan Al Qur’an kita. Agar hafalan Al Qur’an kita tidak hilang, kita bisa menggunakan hafalan kita untuk sholat dhuha, atau tahajud sebagai persiapan untuk melaksanakan sholat tarawih dan sholat sunnah lainnya selama sebulan. Persiapan Fikriyah (ilmu), agar kita dapat melakukan aktivitas kebaikan di bulan Ramadhan secara optimal maka diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai fiqh ash-shiyâm. Oleh karena itu, persiapan fikriyah tidak kalah pentingnya bagi seorang Mukmin agar ia benar-benar mendapatkan rahmat, berkah, dan ampunan dari Allah SWT. Dengan pemahaman fiqh ash-shiyâm yang baik, dia akan memahami dengan benar, mana perbuatan yang dapat merusak nilai shiyamnya dan mana perbuatan yang dapat meningkatkan nilai dan kualitas shiyamnya. Untuk menambah ilmu kita tentang ibadah di bulan Ramadhan maka kita perlu banyak membaca buku-buku yang berkaitan dengan ibadah di bulan Ramadhan atau banyak mendengar ceramah-ceramah dari ulama-ulama agar dengan bertambahnya ilmu kita maka kualitas ibadah kita di bulan Ramadhan tahun ini lebih baik dari sebelumnya. Persiapan Jasadiyah (fisik), Tidak dapat dipungkiri bahwa aktifitas Ramadhan banyak memerlukan kekuatan fisik, baik untuk melaksanakan shiyamnya, tarawihnya, tilawahnya dan aktifitas ibadah lainnya. Dengan kondisi fisik yang baik, tentunya seseorang akan dapat melakukan ibadah-ibadah tersebut tanpa satupun yang terlewatkan. Sebab, bila kondisi fisik tidak prima akan terbuka peluang untuk tidak melaksanakannya amaliyah tersebut dengan maksimal, bahkan dapat terlewatkan begitu saja. Padahal bila ibadah-ibadah itu terlewatkan, nilai amaliyah Ramadhan tidak dapat tergantikan pada bulan yang lain. Persiapan fisik yang bisa kita lakukan adalah dengan berolahraga ringan setiap hari, menjaga kesehatan juga menjaga pola makan. Tentunya kita tidak menginginkan ibadah puasa kita menjadi terganggu karena sakit. Memperbanyak puasa sunnah juga berguna untuk melatih kondisi lambung kita. Sehingga ketika berpuasa di bulan Ramadhan telah terbiasa dan tidak terasa berat. Persiapan Materi, Persiapan materi di sini, bukanlah persiapan yang ditujukan untuk membeli pakaian baru, mengumpulkan bekal perjalanan pulang kampung atau untuk membeli kue-kue iedul fitri. Akan tetapi, persiapan materi di sini adalah persiapan materi yang ditujukan untuk infaq, shadaqah dan zakat. Sebab, nilai balasan infaq, shadaqah dan zakat akan dilipat gandakan sebagaimana kehendak Allah SWT. Karenanya, mempersiapkan materi di sini mesti dilakukan sedini mungkin, agar dapat dimenej dengan sebaik-baiknya. Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.(Q.S. Al Baqarah: 261) Tidak akan pernah harta yang disedekahkan kecuali ia bertambah…bertambah…bertambah…”(H.R. at-Tirmidzi) Melihat dalil di atas tentunya kita tidak akan menyia-nyiakan ksempatan untuk memperbanyak sedekah di bulan Ramadhan. Apalagi pahala selama bulan Ramadhan dilipat gandakan. Menabunglah untuk sedekah di bulan Ramadhan itulah cara melatih diri kita untuk menyambut bulan ramadhan juga sebagai media untuk menahan diri kita agar tidak boros. Persiapan Keluarga juga perlu diperhatikan untuk menyambut bulan Ramadhan. Keluarga yang dicintai Allah adalah keluarga yang seluruh anggota keluarganya mencintai Allah dan Rasulnya. Mulailah mengkondisikan rumah senyaman mungkin agar khusyuk untuk tilawah bersama keluarga di rumah. Hiasi rumah dengan hiasan yang menambah semangat dan memotivasi diri kita, anak dan istri kita agar semangat dalam beribadah. Marilah kita bersama-sama mempersiapkan diri kita untuk menyambut bulan yang sangat istimewa yaitu bulan Ramadhan mulai dari sekarang. Jangan sampai kita terkejut dengan datangnya bulan Ramadhan sehingga ibadah kita menjadi tidak maksimal. Semoga Allah menerima amal ibadah kita sebagai hamba yang berbahagia menyambut bulan Ramadhan dan memperoleh keridhoan Allah SWT dalam menjalankan segala ibadah di bulan Ramadhan dan juga memperoleh kemenangan hakiki di hari yang fitri nanti. Wallahu’alam bish showwab. Penulis adalah Alumni STAIN Al-Fatah Jayapura Th. 2011 dan Guru PAI di SMA Muhammadiyah Jayapura

Minggu, 17 Agustus 2014

Menginjakkan kaki di Kota Yogyakarta

Pertama kali aku ke Yogyakarta itu tahun 1992, lalu tahun 1999 bersama bapak dan mama. Setelah mama meninggal di Tahun 2001 rasanya tidak mungkin lagi aku ke Yogyakarta. Namun Al hamdulillah keinginan terkabul di Tahun 2014. Tanggal 9 Agustus 2014 Pukul 21.45 WIB aku menginjakkan kakiku di Kota Yogyakarta.


Jumat, 01 Agustus 2014

Semangat Bushido

Dalam seminar Karate disaat saya Ujian Sabuk Hitam Dan 1 di Cibubur tanggal 3-5 Juni 2013 saya memahami karate dengan baik dan mengurangi beberapa kejenuhan saya saat Kyu 1 selama 8 tahun. Saya mengerti apa itu karate, apa itu semangat bushido. Dan ketika WKF dibentuk dan upaya WKF memasukkan Karate sebagai olahraga prestasi. Sihang Albert pernah bilang kalian harus bisa menempatkan diri kalian kapan kalian adalah karateka dan kapan kalian menjadi atlet.

Benar. Karateka dan atlet karate itu berbeda. Latihan karate dengan TC menuju pertandingan juga berbeda. Materi pertandingan dan ujian juga berbeda. Aturan kumite pertandingan dan kumite saat ujian juga berbeda. Saya termasuk karateka yang tidak lama menikmati masa-masa menjadi atlet. Setidaknya hanya ini yang bisa aku dapat. Tapi jiwa bushido (pantang mundur) dan semangat karate tak pernah hilang.


Yang ku ingat tentang mama


Mamaku. Astuti Purwaningsih Binti Durrachman, Lahir di Sleman 31 Desember 1963. Mamaku yang melahirkanku setelah mengandungku 9 bulan 20 hari (Saya hampir tidak dilahirkan karena tidak ada kontraksi, kata mamaku saat lahir aku tidak menangis itu yang membuat panik dokter, setelah di tepok pantatnya baru aku nangis) . Mamaku yang menyusui aku dengan ASI lalu susu Dancow. Mamaku yang menggandeng tanganku dan menemaniku belajar berjalan. Mamaku yang menyiapkan segala sesuatu untukku. Ia mengajariku tentang keinginan dan kebutuhan.

Mamaku yang memikirkan adik-adiknya disana. Sosok mandiri, pemberani. Mamaku yang tak pernah meninggalkan sholat 5 waktu. Mamaku yang selalu lama dalam berdoa karena diantara doa-doa panjangnya ditujukan untukku. Mama yang selalu banyak meminta untukku bahkan sedikit sekali ia meminta untuk dirinya sendiri.

Mama yang selalu menghargai pilihanku (walaupun salah) lalu mengajariku tentang arti sebuah resiko. Mama yang selalu memilihkan yang terbaik untukku. Aku selalu meminta apa yang aku suka, namun mamaku selalu membelikan apa yang aku butuhkan. Aku meminta sepeda, memintaVideo game, meminta mainan, meminta makan di CFC, tapi tidak dikabulkan permintaanku. Tetapi aku selalu punya sepatu baru, tas sekolah baru, buku baru, seragam baru. Mama mengajarkanku akan pendidikan lebih penting dari segalanya.

Mama yang selalu mencubitku ketika aku bolos sekolah karena takut diimunisasi, aku yang bolos ngaji lalu main sama anak komplek sebelah. Tapi doa di setiap selesai sholatnya terus dicurahka untukku. “Ya Allah, jadikanlah sigit Anak yang soleh, anak yang berbakti pada orang tua, yang pinter, yang menjaga nama baik keluarga. Tunjukilah sigit di jalan yag benar selamatkan sigit jika ia di jalan yang salah. Jagalah sigit ya Allah walaupun aku sudah tak lagi bersamanya.”

Mamaku yang berpuasa 3 hari selama aku ujian Ebtanas SD. Mamaku yang menemaniku mendaftar di SMP. Yang menjagaku di saat aku sakit, yang membelikan apa yang aku mau jika sudah saatnya. Di kelas 5 SD aku dibelikan sepeda.

Mamaku yang amanah dan disukai kalangan ibu-ibu majelis taklim. Mama yang mau dijadikan ketua majelis taklim namun menolak karena menghargai orang yang lebih tua. Mamaku yang sangat suka bernyanyi. Mamaku suka bernyanyi/karaoke di rumah tetanggaku (Bu Emy Kadir Hasan). Tetangga juga sahabat mamaku. Mamaku yang suka masak Papeda dan bubur Manado dan mengajak ibu-ibu untuk makan rame-rame di rumah.

Mamaku yang menemaniku tidur setiap malam. Suatu saat beberapa hari sebelum kepergiannya ia tidur mengelus kepalaku saat aku tidur (namun belum tertidur pulas) lalu berkata “Ya Rabb jadikan anakku orang besar paling tidak sarjana, jadikan ia orang yang disukai banyak orang bukan orang yang dibenci, Ya Allah jika Engkau berkehendak aku ingin menemaninya saat ia menikah.”

Mamaku yang bersilaturahim dengan tetangga-tetangga denga kalimat “Alhamdulillah mbak, saya sudah gak punya tanggungan lagi. Saya lega sebentar lagi saya akan pergi jauh.” Saat itu orang tua saya sedang mengurus proses Mutasi ke Kebumen, mungkin tetangga pikirannya mama akan pindah ke jawa. Rupanya itu salam perpisahan.

Di kekhusyuaan sholat Isya berjamaah di malam kedua Ramadhan 1421 H, 17 November 2001 di Masjid An Nur BTN Kamkey. Sebelum berangkat ke Masjid bapak sempat berpikir untuk tidak ke Masjid karena Pemadaman Listrik saat itu. “Udah ma, gak usah ke Masjid, mati lampu gini, paling gak ada yang traweh.” “Enak aja, Traweh gak ada kaitannya sama lampu. Ayo berangkat.” Akhirnya saya, bapak, dan mama berangkat ke Masjid untuk Sholat Traweh.

Di Masjid saya berwudhu di tempat Wudhu di Masjid. Tempat Wudhu itu baru seminggu selesai di bangun. Dan sedang diisi air. Saat rokaat terakhir lampu pun menyala. Saat itu hujan rintik-rintik namun diiringi petir. Selepas sholat Isya panitia melaporkan keadaan kas Masjid dan penceramaah tarawih saat itu.

Bude Karyani bercerita: “Habis sholat isya itu mamamu bilang ia ngantuk, lalu saya bilang kalau ngantuk wudhu aja lagi. Lalu mamamu ke tempat wudhu seketika itu bak wudhu itu pecah, rubuh menimpa mamamu. Andaikan saya waktu itu tidak menyuruhnya wudhu”

Aku fokus mencatat ceramah karena tugas dari guru agamaku. Tiba-tiba seperti suara petir yang keras. Aku menoleh ke samping, guyuran air seperti ombak yang besar dari arah tempat wudhu masuk ke dalam masjid. Seketika itu jamaah kaget dan berlarian. Seseorang jamaah berteriak “ada orang. Ada orang” sambil menunjuk tumpukan batu di tempat wudhu itu. Ya aku kenal itu sarung mamaku. Aku lemas, aku menangis, itu mamaku, itu mamaku. Bapakku bersama bapak-bapak yang lain mengangkat batu-batu itu dan menggendong mamaku. Baju koko bapakku yang aku belikan di hari ulang tahun bapakku penuh dilumuri darah. Aku tak sanggup aku melihat darah keluar dari hidung dan telinga mamaku. Ya Allah selamatkan mamaku. Dan Sholat tarawih tidak terlaksana saat itu.

Bapakku dan bapak-bapak lainnya menggendong jasad mamaku sambil mencari mobil untuk ke rumah sakit. Suami bu Chris pas ada di rumah bersedia mobilnya dipakai untuk mengantar mamaku ke rumah sakit. Dan sesampainya di rumah sakit Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un. Mamaku meninggalkanku untuk selama-lamanya.

Terimakasih buat tetangga-tetangga yang sudah membantu proses penyelenggaraan Jenazah mamaku. Terima kasih Pak H Rustan yang mengurusi Pemakaman, Terima Kasih Pak Kadir Hasan yang menjaga liang kubur mamaku agar tidak longsor padahal saat itu hujan deras. Terima kasih semuanya. Semoga Allah membalas kebaikan ini dengan mengumpulkan kita semua disyurga-Nya kelak.

Mama, Aku sayang mama, AKu rindu mama, Aku ingin bersamamu di Syurga nanti.


Di malam 6 syawal 1435 H, 1 Agustus 2014