Sabtu, 27 Juni 2015

MENIKAH BUKAN TENTANG ROMANTISME SAJA

Saya termasuk orang yang termasul “Lola” istilah yang sering dipakai di kotaku Jayapura yang berarti loading lambat. Mungkin sama dengan istilah “telmi” atau telat mikir. Ya kejadiannya sedikit berbeda dengan teman-teman seangkatan bahkan adik tingkat yang sudah berkeluarga dan nimang momongan sedang diri ini masih masuk jadi anggota “jojoba” alias jomblo-jomblo bahagia. Atau mungkin cenderung “JONES” alias jomblo ngenes.

Ingat ketika mabit selalu di buly sama ustadz “antum tu golongan miskin, karena belum punya nutrisi dakwah”. Padahal Allah menyuruh menikah maka akan dikayakan. Lagi-lagi ini tentang pemaknaan. Ada sebuah kisah suami yang selalu memaafkan semua kesalahan istrinya padahal umumnya istri rada cerewet. Suaminya mengatakan “maafkan mas yang belum bisa menjadi suami yang baik bagimu. Sungguh karena 1 hal saja bagi mas itu adalah kebaikan yang besar bagi mas. Adanya dirimu menjadi pelindung bagi mas dari dosa zina.”

Atau kisah nyata yang pernah diceritakan seorang ustadzah di Yogyakarta yang dahulu mengiginkan suami seorang dosen maka ia dipertemukan dengan seorang dosen halaqah (bukan dosen beneran). Ia berharap suaminya adalah yang selalu membimbingnya namun ternyata suaminya baca qur’an aja masih belum sahih. Hingga suatu saat ia sampaikan keluhan itu ketika telah menyesak di dada. Apa jawab sang suami. “Abi memang bukan suami ideal, Abi hanya berusaha menjadi suami yang Islami. Temani abi! Ummi. Agar abi benar-benar menjadi yang terbaik buat ummi. Menetes air mata sang istri.

Tak ada yang ideal memang. Teringat akan kesalahan dahulu. Ya Allah. Ampunilah hamba yang selalu menggap indah kenangan hamba dahulu sedangkan itu adalah maksiat. Ampunilah hamba yang kadang tergoda ingin mengulanginya lagi. Ya Allah! Ampunilah hamba yang belum mampu membenci apa yang Engkau benci dan mencintai apa yang Engkau cintai. Ya Rabb, jangan jadikan kenangan dahulu menjadi hijab bagiku untuk mendapat keridhoanmu. Berikanlah yang pantas bagiku. Aamiiin.

Kita lanjutkan. Sungguh indah bagi seorang laki-laki yang mampu curhat dengan ibunya tercinta. Seorang ibu yang sholihah mampu melihat pancaran wajah dari seorang wanita yang sholihah. Firasat seorang ibu sering tepat. Itu yang aku tak punya. Mencari jawaban sendiri dalam sujud-sujud panjang di malam hari. Ketika harus berkomunikasi dengan bapak jawaban simpelnya cukup belajar dari dua kali pernikahan bapak. Cinta bukan tentang romantisme saja. Ada tanggung jawab yang besar.

Ya benar. Pak Mario Teguh pernah bilang seindah apapun, seheroik apapun kisah cintamu tidak akan bernilai apa-apa jika tidak sampai dalam hubungan pernikahan. Pak Mario teguh memang tidak secara eksplisit melarang pacaran. Namun tentang laki-laki yang harus lebih punya visi. Maka dalam setiap trainingnya dalam MTGW pertanyaan kepada laki-laki kapan anda mapan dan kapan anda menikah?

Ini tentang visi masa depan. Dalam pemahaman para aktivis dakwah. Visi yang baik bermula dri hati yang bersih. Itu sebabnya hubungan-hubungan semisal pacaran dilarang. Ini tentang tazkiyatun nafs. Hubungan yang baik dimulai dengan hati yang bersih. Lalu kesamaan visi. Bedanya umumnya orang berbicara tentang visi punya anak, punya rumah, punya motor, punya mobil. Saya tidak menafikan. Bapak saya pun berpesan demikian. Sebagai anak pertama yang diharap menjadi contoh, yang menjadi panutan, yang diharapkan menjadi tulang rusuk keluarga. Ya… Ada pikiran-pikiran yang sedikit membebani.

Setibanya saya di Kota Yogyakarta saya meniatkan diri menjadi orang yang lebih baik. Inilah lapis-lapis keberkahan. Walaupun merasa seperti mengulangi kehidupan di tahun 2006 dan terjerembab di tahun 2010 ketika menjelang tugas akhir. Sepertinya Allah menguji lagi dengan hal yang sama menjelang aku harus menyelesaikan Tesisku di tahun 2015 ini. Ya…. Aku takut cinta ini muncul di saat yang salah.

Selalu kuupayakan mengedepankan logikaku. Menikah bukan tentang romantisme saja namun tentag hidup jangka panjang. Aku bukan sosok yang sholih banget, yang banyak paham ilmu agama, bukan pula orang yang pintar, hanya ingin menebar kebaikan dan memperbaiki diri. Saya bukan orang kaya, belum pandai berbisnis, mengejar akademik, mencintai dunia mengajar, penelitian, dan jalan-jalan.

Keluarga yang kudambakan ialah keluarga tarbiyah. Yang sama-sama mau belajar. Mau saling menghormati, saling mencintai, saling memahami, saling menyimak bacaan Al Qur’an, saling berkata lembut, saling meneguhkan. Saya orang yang mudah ditegur dengan senyuman ketimbang dengan sindiran. Saya orang yang terbuka. Saya pun berniat melanjutkan S3 saya di Malaysia insya Allah. Tentang anak-anak jadikan keluarga ialah madrasah yang menyenangkan. Ini yang saya inginkan. Rumah adalah tempat tinggal yang menentramkan. Memiliki anak adalah bagian dari pelanjut perjuangan dakwah. Jangan terlalu berpikir yang berat-berat tentang dakwah. Kadang ada hal yang berat dipikir namun mudah ketika di jalani. Menjaga anak-anak agar jangan sampai tidak mau berdakwah karena takut tidak punya waktu untuk keluarga.

Namun 1 hal lagi. Prinsip ini belum berlaku bagi bapakku. Pesannya lulus S2, pulang bawa Ijazah bukan buku nikah, Jadi dosen yang punya NIP. Baru boleh nikah. Ya…. Untuk S2nya insya Allah saya nurut lah. Tapi PNSnya mungkin saya punya cara lain. Seperti dahulu dilarang kuliah saya punya cara lain agar bisa kuliah. Saya yakin Allah pasti akan membukakan jalan.

Ada kesimpulan yang saya buat sendiri. “orang yang jelas-jelas saling mencintai pun belum tentu berjodoh” Biarkan cara-cara Allah yang bekerja hingga cinta itu terbagun dalam mahligai yang diridhoinya. Andai dahulu saya memaksakan cinta. Berapa banyak yang tersakiti, berapa bayak yang membenci. Berapa banyak hubungan yang awalnya baik menjadi rusak. Bukankah cinta yang ini bukan cinta yang diridhoi Allah. Saya bersyukur di Kota ini Allah membukakan tabir yang selama ini tidak saya pahami. Dan ini tidak terlepas dari doa antum sekalian dalam doa rabithah kalian.

Terimakasih atas dekapan ukhwah dan khusnudzon antum semua:
Ust. Dadi Waluyo, ust. Sunardi, Ust. Habib Ziyadi, Ust. Rifki, Ust. Sudarsono, Ust. Bambang, Ust. Andi Setyawan, Ust. Isnain, Akh Rahmat, Akh Amin Sururi, Akh. Kaim Djali, Akh. Bukhori, Akh. Azwar, Akh. Mujaeni, Akh. Heri, Akh. Ustho, Akh Firdaus (maafkan aku yang tidak amanah dulu ketika menjadi jundimu), Akh. Andi Irwin, Akh. Bahaudin Amin, Akh. Didik, Akh Henri, Akh. Khoirudin, dan semua ikhwan yang ada di Yogyakarta, Khususnya yang di SMAIT Abu Bakar Yogyakarta, KMC UIN Sunan Kalijaga dan KAMMI komsat UIN Sunan Kalijaga. Ada Ust. Aris Nurkholis, Ust. Dudi, Akh Ilman, Akh Fadli, Akh Sulaiman, Akh Wahid, Akh Arif Hidayat, Akh Utsman Sayyaf. Temanku yang dari Krapyak Akh. Ahmad Yusron. Juga sahabat seperjuangan dari Jayapura Gazali, Sugimin dan Novita Mulyanita.

Selasa, 16 Juni 2015

Ikhwatifillah….. Antum adalah keberkahan bagiku

Saya memahami kisah pembunuh 99 orang yang ingin bertaubat sebagai jalan menuju taubat. Ketika rahib pertama mengatakan taubatnya tidak akan diterima ia malah membunih rahib tersebut hingga genaplah 100 orang yang telah ia bunuh. Namun hatinya gundah. Ia bertemu dengan seorang alim yang menunjukkan suatu tempat jika ia ingin berubah.

Saya memahaminya tentang hijrah. Sejak pertama kali saya menginjakkan kaki di Kota ini sholat pertama yang saya lakukan adalah subuh berjamaah di masjid. Suatu hal yang jarang saya lakukan di kota asal saya. Ketika orang banyak memahami berkah dengan bertambahnya harta, dipanjangkannya umur, diberi kesehatan, atau kesuksesan. Saya merasa menjadi dekat dengan teman-teman yang sholeh adalah satu keberkahan yang tak ternilai. Dahulu saya termasuk orang yang kurang amanah, sering melalaikan tugas, bahkan kawan-kawan saya tahu seperti apa saya.

Tiba di Yogyakarta saya tidak ingin kehilangan nikmat ukhwah itu dalam lingkaran kecil itu. Bermodal nomor Hp ketua KAMMI komsat UMY yang sampai sekarang belum pernah bertemu saya diberi nomor Hp ketua KAMMI Daerah Yogyakarta Kota. Ide gila. Padahal saya sudah lama meninggalkan KAMMI, bukan Pengurus harian, bukan pimpinan bahkan saya justru tidak amanah di situ. Satu hal yang saya kedepankan. Saya berkhusnuzhon kepada Allah bahwa saudara saya akan menerima saya.

Setelah ujian seleksi masuk Pascasarjana di masjid kampus aku melihat sesosok laki-laki memakai jaket KAMMI UIN. Saya dekati dan minta alamat atau nomor Hp anggota KAMMI UIN. Alhamdulillah saya diberi nomor seorang mahasiswa semester akhir di UIN yang juga anggota KAMMI. Besoknya saya di antar ke sekretariat komsat UIN di Gowok. Disana saya berkenalan dengan salah satu pengurusnya yaitu Akh Sulaiman. Ternyata dua orang yang menjadi penunjuk jalan saya ke komsat yaitu yang memakai jaket KAMMI di masjid dan yang mengantar saya ke sekretariat komsat sudah tidak aktif di KAMMI. Namun saya berdoa semoga Allah memberkahi mereka dengan limpahan kebaikan karena telah menjadi penunjuk jalan bagi saya.

Dari perkenalan singkat, dan meminta bantuan untuk dicarikan kost akhirnya ada kost-kostan di daerah gowok. Saya memilih untuk tinggal di Minggir. Suatu hari saya bertemu dengan ketua KAMMDA Jogja namanya Akh Fadli. Ia adalah anshor bagi saya. Saya dikenalkan dengan Ust. Dudi di SMAIT Abu Bakar. Saya pun menjadi musyrif di situ. Di SMAIT ini bercengkrama dengan sesama musyrif yang lebih muda namun banyak pengalaman bahkan hafalan Qur’annya jauh lebih banyak. Ya Rabb.. Inilah keberkahan yang engkau berikan. Jazakallah Akh Wahid, Akh Fadli, Akh Arief, Akh Ilman, Akh Utsman. Bersama Akh Wahid aku bersamanya mengikuti kajian pekanan. Memulai tarbiyah yang sempat terhenti. Antum adalah saudara-saudaraku yang tulus. Begitu menghargaiku, menghormatiku, padahal antum lebih segalanya dariku. Kesempatan yang luas, tidak pantaskah aku bersyukur memiliki antum semua.

Saat ini aku tidak di SMAIT lagi. Namun aku tidak ingin kehilangan antum. Aku tinggal di Asrama Daarul Hikmah. Aku butuh bi’ah yang sama. Menikmati perjalanan tarbiyah bersama mahasiswa UIN sungguh lapis-lapis keberkahan buatku. Mukhoyam, Fun Camp, mendaki bareng, rihlah. Subhanallah sebuah pengalaman yang tak terlupakan.

Akhi….. Ingatkan aku jika aku khilaf.. Aku takut khilafku membuatku tidak bersyukur atas nikmat ini. Nikmat dalam dekapan ukhwah.

MUNGKIN INI SHOLAT TERAKHIRKU

Di bulan Rajab ini ada sebuah momen sejarah yang selalu kita peringati tiap tahunnya. Momen itu ialah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Sebuah peristiwa besar bahkan menjadi anugerah dan penghibur hati Rasulullah SAW ketika dalam kedukaan yang teramat sangat karena dalam waktu yang berdekatan beliau kehilangan dua orang yang paling dicintainya yaitu Khadijah istrinya dan Abu Thalib pamannya. Dalam peristiwa Isra’dan Mi’raj itu kita menerima perintah Sholat wajib 5 waktu sehari semalam.
Sholat inilah yang menjadi tiang agama ini. Sholat inilah yang menjadi pembeda antara yang muslim dan bukan muslim. Sholat ialah rukun dalam berislam. Sholat ialah amalan yang pertama kali di hisab. Sholat ialah tanda kesyukuran atas segala nikmat yang Allah berikan. Maka biasanya dalam ceramah tentang Isra’ Mi’raj paling sering membahas tentang meningkatkan kualitas sholat. Banyak yang mencari kekhusyu’an namun ia tidak menemukan Allah maka carilah Allah maka kau akan temukan kekhusyu’an.
Adalah Khubain bin Adi seorang penduduk asli Madinah yang dipuji Allah dalam QS. Al Hasyr ayat 9.

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung”

Khubaib bin Adi pun juga termasuk dalam sahabat yang ikut dalam perang badar. Suatu hari beberapa orang dari Suku Khuzair menemui Rasulullah SAW untuk meminta agar ada diantara sahabat yang mau mengajari suku Huzair tentang Islam karena sudah mulai banyak yang memeluk Islam dari suku Huzair. Maka Rasulullah SAW mengutus 6 orang sahabat untuk menjadi da’i bagi suku Huzair. Dan Khubaib bin Adi termasuk dalam 6 orang da’i tersebut.
Berangkatlah mereka menuju perkampungan suku Huzair di dekat Kota Makkah bersama kafilah dagang dari suku ini. Namun di tengah perjalanan mereka diserang oleh sekelompok orang bersenjata dari suku Huzair. Khubaib bin Adi dan lima da’i lainnya tidak kuasa melawan dan akhirnya empat da’i ini syahid sedangkan Khubaib bin Adi dan Zaid bin Adusanah ditawan. Keduanya dibawa ke Makkah untuk di jual ke pasar budak. Sesampainya di Makkah, kedua sahabat mulia ini di siksa dengan siksa yang keras. Mereka berdua diserahkan kepada orang Quraisy yang dendam atas kekalahannya di perang badar. Zaid di eksekusi mati terlebih dahulu di hadapan Khubaib namun iman Khubaib tetap kokoh. Dalam masa penyiksaannya dan dalam tawanan Khubaib bin Adi di kurung dan tidak diberi makan. Namun di sinalah karomah Allah terjadi. Dalam tahanan Khubaib memakan buah anggur yang entah darimana datangnya. Padahal saat itu buah anggur adalah buah yang jarang ada di Makkah.
Dalam penyiksaan yang teramat sangat Khubaib bin Adi tetap menjaga keimanannya. Bahkan ketika ditanya oleh orang-orang Quraisy saat itu “Wahai Khubaib bagaimana jika Muhammad yang berada di posisimu untuk kami bunuh sedang engkau kami mulyakan?.” Maka Khubaib menjawab “Demi Allah saya tidak rela. Lebih baik saya yang mati.” Inilah keteguhan iman Khubaib bin Adi. Maka tibalah masa Khubaib bin Adi menerima eksekusi mati.
Khubaib bin Adi di seret hingga ke Tan’im di luar kota Makkah. Sebelum eksekusi mati Khubaib meminta diberi kesempatan untuk sholat dua roka’at. Tidak lama sholat yang dilakukan Khubaib. Ia berkata “kalau saja aku tidak dikira takut mati, maka akan aku panjangkan sholatku.” Ia juga berdoa “Ya Allah, aku telah menyampaikan pesan Rasul-Mu, sampaikanlah kepada rasul-Mu apa yang mereka lakukan kepadaku.” Maka inilah sholat terakhir Khubaib bin Adi. Sholat yang sangat khusyu. Do’a inilah yang menyebabkan Rasulullah mengetahui peristiwa yang dialami oleh Khubaib bin Adi karena sudah tidak ada orang lain yang akan menyampaikan kabar ini.
Maka inilah yang bukan merupakan syari’at namun menjadi hal yang ditiru oleh para terdakwa yang mendapatkan hukuman mati untuk mendapatkan kesempatan sholat terakhirnya sebelum mati. Lalu bagaimana dengan kita yang tidak kita ketahui kapan matinya. Akankah kita masih terus berpikir bahwa kita akan berumur panjang. Maka benarlah pesan Rasulullah SAW kepada kita semua “Sholli Sholatan Wadhi’” Sholatlah seakan ini sholat perpisahan atau sholat yang terakhir.
Sebuah konsep yang berasal dari peristiwa yang begitu menggugah tentang makna cinta dan iman. Maka jagalah diri kita dengan ibadah yang paling utama dan menyikapinya sebagai sholat yang terakhir maka sholat yang dilakukan pasti penuh kesungguhan. Maka perlu kita galakkan kembali dalam diri kita secara psikologi bahwa sholat ialah persembahan cinta kita kepada Allah dan Katakan dalam diri kita “mungkin ini sholat terakhir ku”. Insya Allah kekhusyu’an akan kita peroleh. Wallahu ‘alam.


*Penulis adalah Alumni STAIN Al-Fatah Jayapura Th. 2011

Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mencari Percaya

Bingung linglung
Dari kepala menusuk jantung
Berdebar kadang getir bak terkurung
Melihat terbang bebasnya burung
Sedang jiwa membusuk dipenuhi belatung

Ah….Siapa yang kupercaya

Apakah negeri ini sedang dilanda perang
Atau di serang
Kadang membuatku berang
Yang tercekik meronta meminta bantuan orang
Yang mampu hanya diam bagai karang

Ah…siapa yang kupercaya

Makin mengkilat kulihat
Keringat rakyat diperas dengan jahat
Yang hanya bisa pasrah dibilang sudah biasa
Yang pamer dibilang merakyat
Yang merakyat dibilang tebar pesona

Ah…siapa yang kupercaya

Yang kecil makin terjepit
Receh-receh itu makin tak berharga
Kupandangi kotak bergambar bersuara
Penebar berita dusta
Saling menyela saling mencela
Atas nama rakyat

Ah…. siapa yang kupercaya

Yang kecil makin terinjak bak semut lewat
Yang tegak dibantu menggelindingkan roda empat
Saling menyalahkanpun masih sempat
Lupa akan janji seakan tak ditanya di akhirat
Katanya semua untuk rakyat

Ah….Rasanya ingin berhenti mencari
Namun tak berputus harap
Titik cahaya itu harus kukejar walau berlari
Hingga bisa ku dekap
Walau saat ini tak ada yang bisa kupercaya




Karya: Sigit Purwaka

 

DISINI KUMENANTI

Langkah-langkah panjang kuambil
Dengan terbang menggapai harapan
Kusadar aku orang kecil
Di lahan kering berharap hujan

Angan-anganku terbang mengangkasa
Melihat bintang sambil menunjuk
Aku berkata esok aku ada disana
Berdiri aku dari duduk

Aku tak ingin sendiri
Menggapai awan sepi
Maju bergerak sendiri
Namun disini aku menanti

Ah… sedikit gundah rupanya
Ku tengok istana megah menjulang tinggi
Mata-mata yang mendelik
Membakarku untuk segera ke puncak
Atau berbalik memantaskan diri

Disini ku menanti sebuah tanda
Sebuah getaran hati
Sebuah debaran di jiwa
Diantara sejumlah ramai manusia
Yang akan menulis nama dalam hati
Aku masih menanti.




Karya : Sigit Purwaka